BANGKA BELITUNG – ASPIRASIPOS.COM –Sejumlah warga, sekitar dan juga perangkat Desa Bakit Kecamatan Parittiga Kabupaten Bangka Barat memprotes keberadaan limbah tambak udang PT Bumi Anugerah Perkasa (BAP) sebuah perusahaan yang berlokasi hanya sekitar 20 meter dari bibir pantai.
Perwakilan warga ini memprotes akhir-akhir ini tangkapan mereka berupa lokan (binatang sejenis kerang, red) banyak yang mati selain itu air sungai terasa gatal dibadan.
Badri, warga desa setempat yang vokal menyuarakan keluhan masyarakat tersebut. Bersama Wakil BPD Desa Bakit Jamal, mantan Kades Bakit Azhar alias Boya, mantan pekerja harian PT BAP, Iman menyampaikan keluhan mereka saat menggelar keterangan pers di Desa Bakit, Jumat, (14/8/2020).
Menurut Badri, kondisi limbah pabrik udang PT BAP yang mengganggu pemukiman warga ini sebenarnya sudah lama dikeluhkan. Sampai sudah dua kali tambak ini panen keluhan ini seolah tetap tak dihiraukan oleh pihak perusahaan.
“Secara pribadi saya keberatan. Di bakau itu kan ada kepiting hitam, ada lokan, kerang sekarang tidak ada lagi. Tambak itu ada 10 kolam, ipalnya cetek (dangkal, red) jarak ke laut hanya sekitar 20 meter. Jadi keberatan kita karena baunya,” ujar Badri mengawali keterangannya disaksikan Iman, mantan pekerja harian tambak udang PT BAP yang tahu persis kondisi tambak udang tersebut kepada sejumlah awak media kemarin.
Wakil Ketua BPD Desa Bakit, Jamal juga menambahkan keluhan masyarakat. Keberadaan tambak udang PT BAP di Desa Bakit kata Jamal meski diduga tak mengantongi izin, hal itu justru tak begitu penting bagi warga. “Tapi kalau ini mengganggu kita, airnya gatal, lokan banyak mati. Angin kalau pas dari sebelah barat biasanya bau sampai ke rumah warga. Mereka (pihak tambak, red) bilang mana bau. Kalau sekarang memang belum bau tapi pas angin dari laut ke darat disitu baru terasa bau,” ungkap Jamal prihatin.
Hal senada diungkapkan mantan Kades Bakit, Izhar alias Boya. Menurutnya sewaktu masih jadi kades persoalan tambak udang PT BAB tersebut sudah muncul mulai dari persoalan hutan bakau yang digarap untuk tambak sampai dengan sengketa lahan dengan warga hingga menyisakan masalah sampai saat ini.
Terpisah, salah seorang pencari lokan bernama Suhadi, saat dihubungi wartawan kebetulan saat berada di lokasi sungai tak jauh dari tambak udang PT BAP, membenarkan terhadap keluhan seperti yang disampaikan perwakilan warga.
“Hanya kalau saya dak begitu ngeluh, lokan mati separuh, air limbah terlalu bau, waktu kita cari memang ada yang mati. Kalau gatal ya itulah memang air sungai, kadang memang gatal, “aku Suhadi.
Terkait persoalan ini, sang pemilik tambak disebut-sebut Serli melalui kuasa lapangannya Afo saat dikonfirmasi sempat menyodorkan handphone ke Suhadi guna mengakui langsung selaku warga yang kebetulan saat itu sedang berada di sungai dekat tambak PT BAP mencari lokan.
“Ikan-ikan pada hidup tapi setahu saya sudah setengah tahun di sini sama Bu Serli tidak ada keluhan dari masyarakat. Kalau perizinan masih diproses kalau produksi masih jalan,” pungkas Afo. (Tim/red)