“Kami telah menerapkan strategi penargetan mikro yang ditujukan kepada anak-anak di pulau ini, khususnya siswa sekolah dasar. Mengapa anak-anak sekolah dasar? Karena kemampuan digital menjadi kunci persaingan di berbagai sektor saat ini dan di masa depan. Untuk itu, kami ingin anak-anak kami berdaya secara digital sejak dini, sadar akan peluang global dan berani serta bermimpi besar” jelas Plt. Kepala Bidang IKP Diskominfo Babel, Leo Randika, S.I.Kom., M.I.Kom.
Diskominfo Babel memastikan semua anak memiliki akses yang sama terhadap pengetahuan dan keterampilan digital untuk mencapai impian besar mereka dengan kunjungan langsung ke pulau tersebut sebagai bagian dari kampanye ‘Babel Semakin Cakap Digital’.
Oase Hijau di Tengah Pulau
Sebagai daerah kepulauan, Kecamatan Kepulauan Pongok menyadari pentingnya ketahanan pangan dan berusaha memaksimalkan potensi pertanian yang ada di wilayahnya.
Petani di Pulau Pongok, yang jumlahnya tidak lebih dari 1 persen penduduk, mendukung program jangka menengah (RPJMN 2020-2024) dan berhasil menggarap sawah seluas 25 hektar.
Hasilnya, mereka berhasil memenuhi kebutuhan pangan harian secara mandiri untuk sekitar setengah dari total penduduk di Desa Pongok, bahkan saat nelayan mengalami musim paceklik dan cuaca buruk yang dapat menghambat pengiriman bahan pokok dari luar pulau.
Kecamatan Kepulauan Pongok merupakan salah satu kecamatan di Indonesia yang memiliki bentang alam Biri-hijau. Terletak di tengah lautan yang biru, daerah ini kaya akan sumber daya baik hayati (flora dan fauna) maupun non-hayati. Tidak mengherankan jika sebagian besar penduduknya (95 persen) bekerja sebagai nelayan, dan sektor ini menjadi basis utama perekonomian. Namun, daratan kecamatan seluas 89,67 km persegi juga menyimpan potensi lainnya.
Memang kecil, tidak lebih dari 1 persen atau 25 hektare, ditumbuhi tanaman hijau di pinggiran kawasan. Lahan hasil bantuan optimalisasi lahan dikembangkan di area persawahan yang dihiasi tanggul sebagai tanda kepemilikan di antara petani yang tergabung dalam dua kelompok tani, yang berjumlah hanya 30 orang.
Namun, dari tangan-tangan mereka, dari sebuah keyakinan, serta kerja keras, sawah ini berimbas pada kecukupan, dan kesejahteraan warga. Mereka berani keluar pakem, keluar dari zona laut yang sudah menjadi sumber ekonomi. Kelompok ini berpikir untuk memenuhi kebutuhan kehidupan bermasyarakat di sana.
Sebagai petani, kami sangat bersemangat karena kami tinggal di pulau. Pulau kami jauh dari pusat kota di Bangka Selatan dan berada di zona 6. Kalau tidak ada sawah, apa jadinya? Tempat kami yang jauh dari Pulau Bangka dan Pulau Belitung, karena kami berada di tengah-tengah. Kalau angin kencang, perahu tidak bisa masuk dan kami tidak makan. Jadi sawah yang ada dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini,” kata Zumri, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kepulauan Pongok.
Keseriusan dan keberlanjutan dari para petani di Pulau Pongok sejalan dengan amanat RPJMN 2020-2024 yang menjadikan ketahanan pangan sebagai program prioritas nasional. Sejak tahun 2006, persoalan pangan ini ditangani oleh para petani, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kecamatan tersebut dan mencegah terjadinya krisis pangan, yang merupakan tujuan utama dari rencana pembangunan nasional.
“Pada tahun 2017, sudah ada sawah yang baru ditanami, namun belum terlaksana dan digarap oleh masyarakat. Sejauh ini, dengan hasil panen 1,5 ton sekali panen, kami bisa memenuhi separuh kebutuhan pangan Desa Pongok. Kalau lahan yang digunakan 137 hektar, itu bisa cukup untuk seluruh kecamatan,” kata Zumri.