Rektor Universitas Bangka Belitung, Profesor Dr. Ibrahim Esvil, M.Si., menyampaikan beberapa isu penting yang harus diperhatikan dalam sektor pertambangan, antara lain regulasi, operasional penambangan, pengelolaan lingkungan, kapitalisasi, serta pengembangan komunitas local pasca tambang.
“Saya berharap diskusi yang terjadi selama kegiatan ini dapat membuka jalan bagi solusi berkelanjutan dalam sektor pertambangan, dan menciptakan sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah,” tambahnya.
Ibrahim juga memberikan apresiasi kepada PT Timah. Menurutnya, PT Timah selama ini telah menjadi mitra strategis UBB dalam mendukung infrastruktur kampus dan penelitian.
“Tidak hanya pada acara ini, PT Timah telah banyak berkontribusi dalam pengembangan pendidikan di UBB. Kami memiliki gedung yang dibangun oleh PT Timah, bahkan fasilitas laboratorium dan riset kami juga banyak didukung oleh perusahaan ini. Kami berharap kerja sama ini dapat terus berjalan untuk mendukung pengembangan pendidikan dan riset,” ungkapnya.
Plt. Kepala Dinas ESDM Provinsi Bangka Belitung, Kurniawan, mengapresiasi semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini dan menjadi momen penting dalam membahas pertambangan yang berbasis good mining practices yang sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh industri pertambangan saat ini.
Kurniawan mengingatkan pentingnya penerapan prinsip-prinsip good mining practices untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan tidak hanya mengutamakan keuntungan ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
Kurniawan juga menekankan pentingnya peran generasi muda dan profesional di bidang pertambangan untuk berkontribusi dalam mewujudkan pertambangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Kita berada di tengah era digital yang terus berkembang. Teknologi mampu membuka banyak peluang baru di bidang pertambangan. Mari kita manfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Minerba KESDM, Dr. Ing. Triwirnardo S.T, M.T dalam sambutannya melalui daring menyampaikan peran industri pertambangan dan penggalian di Indonesia sangat besar terhadap perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2023, sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar Rp2.168 triliun atau 10,5% dari total GDP Indonesia yang mencapai Rp20.892 triliun.
Peran sektor ini, tambahnya, juga sangat signifikan bagi industri-industri lainnya, khususnya industri logam dan dasar yang mendorong efek multiplikasi di berbagai sektor ekonomi.
“Untuk tahun 2023, sektor mineral dan batu bara telah memberikan kontribusi sebesar Rp172,6 triliun dalam bentuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan lebih dari Rp250 triliun jika ditambahkan dengan sektor pajak,” jelasnya.
Di sisi lain, ia juga mengungkapkan bahwa sektor pertambangan juga menghadapi isu-isu global terkait dengan Environment, Social, and Governance (ESG) yang harus diperhatikan.
“Industri pertambangan tidak hanya harus menghasilkan profit, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar,” ujar Triwirnardo.
Dalam hal ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan penerapan good mining practices di Indonesia melalui regulasi yang ketat terkait aspek teknis dan lingkungan. Ia mengingatkan, meskipun sektor pertambangan memiliki risiko besar, termasuk potensi dampak lingkungan yang merugikan, hal tersebut harus dikelola dengan baik.
Triwirnardo berharap kegiatan Temu Nasional ini dapat menghasilkan diskusi yang konstruktif dan memberikan masukan yang positif bagi pemerintah dan industri.
“Kami berharap Forkopindo dapat memberikan kontribusi yang komprehensif dan positif dalam pengelolaan lingkungan dan good mining practices di Indonesia,” ujarnya.
Ketua Panitia, Hasley Oktarianty, S.T., M.T., berharap kegiatan ini dapat menciptakan kolaborasi berkelanjutan antara universitas, pemerintah daerah, dan industri, khususnya dengan PT Timah.
“Kami percaya bahwa dengan sinergi yang terjalin baik ini, kita dapat mendorong kemajuan sektor pertambangan Indonesia, tidak hanya dari sisi operasional, tetapi juga dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat pasca tambang,” tutupnya.
Peserta acara ini berasal dari 28 perguruan tinggi ternama di Indonesia, seperti ITB, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Hasanuddin, Universitas Lambung Mangkurat, hingga Universitas Papua. Keterlibatan perguruan tinggi dari berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa acara TNT dan WMK telah menjadi ajang kolaborasi yang diakui secara nasional. (*)